Giant girl; bisa dijadikan titel buat deskripsi bentuk badan aku. Berat badan naik turun di 61-62 kg, terakhir ukur tinggi badan sekitar 165 cm. Aku tinggi dan lebar. Sedihnya, kebanyakan temen cewek aku mungil-mungil dan langsing. Rasanya kurang cewek banget kalo lagi foto grup. Selalu jadi yang paling raksasa di antara cewek-cewek lain.
Buat tinggi badan, aku nggak terlalu ambil pusing. Masa itu udah lewat sejak aku lulus SMA. Yang selalu bikin ruwet sampai sekarang adalah berat badan. Naiknya cepet , turunnya lama. Seminggu sekali bergiliran fitness, sepeda, lari pagi, dan udah sebulan ini ikut yoga (walau sesekali bolos karena jadwal hari minggu kadang bentrok sama acara luar kota), tapi hasilnya nggak terlalu keliatan. Atau belum? Tiap pagi sama malem minum teh hijau juga nggak ngasih pengaruh yang signifikan. Mungkin belum.
Aku nggak terobsesi sama diet. Aku nggak pengen jadi model. Aku cuma mau pake baju bagus yang bikin PD. Bukan yang ketat dan berlekuk. Karena aku berkerudung. Nggak berkah kalau bajunya masih sama kayak mereka yang belum berhijrah. Buat mantapin hati dengan tampilan syar’i masih berat buat aku. Alibinya karena aktivitas aku yang sering pake motor dan hobi traveling. Aku paham syar’i bukan penghambat. Aku cuma takut rok panjang itu nyangkut di ban atau rantai motor, atau keinjek pas bangun dari posisi duduk, atau kejepit pintu, atau kebasahan pas hujan. Banyak alasan, kedengerannya iya. Faktanya saat keluar rumah, aku lebih nyaman dengan kostum sesimpel mungkin.
Banyak temen yang bilang tasku “kantong Doraemon”, karena bawaanku lengkap padahal tasnya kecil. Mereka bilang, aku ahlinya ngakalin logistik jadi serba simpel (kapan-kapan aku share triknya, kalau inget 😜). Apapun yang mereka butuhkan, ada di tasku. Harusnya itu berlaku juga buat penampilan. Harusnya aku tahu cara ngakalin penampilan biar istiqomah tapi tetap simpel, biar nutup aurat sesuai sunnah tanpa takut nyangkut.
Entah gimana, ini susah diakalin. Aku khawatir alasannya karena hati aku yang belum cukup ‘mantap’ buat berhijrah.
Sampai sekarang, dari kepala sampai pinggang tertutupi dengan layak. No tight skirt, hair hidden nicely. Tapi celana lho! Celana yang aku pakai masih skinny jeans.
Aku tinggal di kota kecil di mana barang-barang yang dijual cuma model mainstreamーmungkin biar nggak rugi jadi jual barang yang banyak peminatnya. Tapi aku bukan orang yang bisa ngikutin tren. Karena badanku bongsor. Jarang ada ukuran yang pas. Dan belum tentu cocok sama model terbaru. Aku nggak suka pakai baju yang mirip kayak orang lain. Ha ha.
Karena celana jeans itu pakaian paling praktis sedunia, aku cenderung ke mana-mana pake itu. Masalahnya kayak yang aku bilang tadi, nyari celana jeans yang nggak skinny tuh susah. Karena trennya masih model begitu, di mana-mana cuma jual model itu. Bahkan yang bermerek pun lebih banyak yang skinny. Aku nggak ngerti kenapa nggak ada yang insiatif jual model baju out of the box. Dulu kan banyak celana jeans yang bentuknya lurus, yang cutbray, yang high waist, yang normal (maaf deh aku nggak hafal nama-namanya hehe). Terakhir aku beli jeans yang enak dan nggak ketat tuh waktu masih tinggal di Jakarta. Masa sekarang harus ke sana lagi demi celana jeans? Habis diongkos dong 😓 .
Alternatif lainnya, aku harus mulai terbiasa sama celana bahan kain. Jangan terlalu hiperaktif kalo duduk, hati-hati kalo jalan. Nanti sobek (lagi). Malu ah.
Jadilah cewek!
With Love, -A
Everything in My Head 